BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan modern ini menyebabkan pola kehidupan dan kebutuhan yang semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara informasi bepengaruh besar dalam pola pertumbuhn antar manusia dan informai semakin singkat, dalam kondisi sperti ini akan membawa banyak perubahan dalam tatanan hidup mayarakat yan menuntut inividu selalu beradaptasi dengan perubahan tersebut guna mempertahankan keseimbangan agar selalu sehat baik fisik, mental, maupun sosial.
Hasil riset WHO menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai 8,5%, saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penykit infeksi dengan 11,5% daily loss.
Kecenderungan (trend) gangguan mental akan semakin meningkat seiring dengan terus bertambahnya situasi ekonomi dan politik kearah yang tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah sebagai dampak langsung dari dampak ekonomi tetapi juga kalangan menengah keatas. Salah satu respon yang ditibulkan oleh gangguan jiwa adalah gangguan konsep diri seperti perasaan tidak berdaya, tidak berguna, kurang pecaya diri dan harga diri rendah. Oleh karena itu perawatan harus mempunyai kemampuan pofesional dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada tingkat individu dan keluarga.
Dengan mempetimbangkn latar belakan tersebut diatas maka kami selaku penulis, tetarik untuk menerapkan suatu metode asuhan keperawatan dalam bentuk makalah dengan judul “asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan konsep diri”.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , social dan spiritual.
Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya.
Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual.
Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian
B. Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri didefinisikan sebagai mana pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman hidup seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia. Konsep diri terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Identitas personal adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
2. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan perspsi dan pengalaman yang baru.
3. Ideal diri adalah persepsi individ utentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkanstandar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal.
4. Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterma adalah peran yang ter[pilah atau dipilih oleh individu.
5. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai deangan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syrat, walaupun melakukan kesalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga.
C. Kepribadian yang Sehat
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut ini:
1. Citra tubuh positif dan sesuai
2. Ideal diri yang realistic
3. Konsep diri yang positif
4. Harga diri yang tinggi
5. Penampilan peran yang memuaskan
6. Rasa identitas yang jelas.
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat- sakit berkisar dari status aktualisasi diri yng paling adaptif serta dipersonalisasi. Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi maasa kanak-kanak dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan keasingan dari diri sendiri. Ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam pengujian realitas. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dari seorang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang terganggu.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
• Mengritik diri sendiri atau orang lain
• Penurunan produktivitas
• Destruktif yang diarahkan pada orang lain
• Rasa diri penting yang berlebihan
• Perasaan yang tidak mampu
• Rasa bersalah
• Mudah tersinggung atau maarh yang berlebihan
• Keluahn fisik
• Pandangan hidup yang bertentangan
• Penolakan terhadap kemampuan personal
• Menarik diri secara social
• Khawatir
Perilaku yang berhubungan denga kerancuan identitas
Tidak ada kode moral
Sifat kepriibadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal eksploitatif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang terhadap diri sendiri
Tingkat anisietas yang tinggi
Ketidak mampuan untuk empati dengan orang lain
Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi afektif
Menaglami kehilangan identitas
Perasaan terpisah dar diri sendiri
Perasaan tidak aman, takut, malu
Perasaan tidak realistic
Rasa terisolasi yang kuat
Kurang rasa kesinambungan diri
Ketidak mampuan untuk mencari perasaan untuk mencapai sesuatu
Perceptual
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
kesulitan membedakan diri orang lain
gangguan citra tubuh
Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi kognitif
bingung
gangguan daya ingat
gangguan berfikir
adanya kepribadian yang terpisah
diorientasi waktu
keadaan emosi yang pasif dan tidak berepons
kurang spontalitas dan idiosinkratik
kehilangan kendali terhadap impuls
Faktor Prediposisi
Berbagai factor penunjang terdirinya prubahan dalam konsep diri seseorang. Factor ini dapat dibagi sbb:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistik
2. Faktor yang mempengaruhi hubungan peran adalah strotipik peran seks, tuntunan peran kerja, dan harapan peran cultural
3. Factor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, da perubahan dalam struktur social.
Stressor Pencetus
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal:
1. trauma seperti penganiyayaan seksul dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan
2. ketegangan peran berhubbungan dengan posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis frustasi, yaitu:
o transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan petumbuhan. Perubahn ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilainya tertekan untuk penyesuaian diri.
o Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran tau kematian.
o Transmisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dimunhgkinkan oleh karena: kehilangan anggota tubuh, perubahn penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Sumber-Sumber Koping
Semua orang betapapun terganggu perilakunya, tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi:
- Aktivitas olahraga dan aktivitas lalu diluar tubuh
- Hoby dan kerajinan tangan
- Seni yang ekspresif
- Kesehatan dan perawatan diri
- Hubungan interpersonal
- Bakat
- Kecerdasan
- Imaginasi dan kreativitas
Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertukaran koping jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi perse[si diri yang menyulitkan.
a. Pertahanan jangka pendek meliputi:
1. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas(misalnya: konser music, bekerja keras, menonoton TV)
2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misalnya: ikut serta dalam aktivitas social, agama, hubungan politik, kelompok atau geng)
3. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri (misalnya: olaharaga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontek untuk mendapatkan popularitas)
4. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misalnya: penyalah gunaan obat)
b. Pertahanan jangka panjang termasuk berikut ini:
1. penutupan identitas-adopsi identitas premature yang diinginakan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi dari individu tersebut.
2. Identitas (asuransi identitas) yang wajar uantuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego, termasuk pengalaman fantasi, disosiasi, isolasi, proteksi, pergeseran (displacement), percetakan (spilitting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah-masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan anxietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Perasaan ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkuler bagi individu yang dapat menimbulkan respons koping malladaptif yang hebat.
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan respon konsep diri, yaitu:
Gangguan identitas personal
-ketidakberdayaan
Gangguan citra tubuh:
-komunikasi, kerusakan verbal
-koping individu inefektif
-berduka, disfungsi
-keputusasaan
Ideal diri tidak realitas
Perubahan penampilan peran
¬-defisit peran diri
Gangguan harga diri
-perubahan sensori / persepsi
-perubahan pola seksualitas
-kerusakan interaksi soial
-isolasi social : menarik diri.
III. INTERVENSI
Intervensi keperawatan membantu klien memeriksa penilaian kiognitif dirinya terhadap situasi yang berrhubungan dengan perasaan untuk membantu klien meningkatkan penghayatan diri dan kemudia melakukan tindakan untuk mengubah perilaku pendekatan penmyelesaian masalah iini memerlukan tingkat intervensi yang progresif, sbb:
1. Meluaskan kesadaran diri
Tujuan: meluaskan kesadaran diri klien
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Bina hubungan terbuka, saling percaya:
1.tawarkan penerimaan tanpa syarat
2.dengarkan klien
3.dukung pembahasan pikiran dan perasaan klien
4.berespon tanpa mendakwa
Kurangii ancaman yang terlihat dalam sikap perawat terhadap klien untuk meluaskan dan menerimansemua aspek kepribadian
Bekerja dengan klien bagaimanapun kekuatan egonya:
1.mulai dengan meyakinkan identitas klien
2.dekati klien dengan cara tidak manuntut
3.cegah klien dari pengisolasian diri
4.orientasi klien terhadap realitas
5.buat perilaku yang sesuai
6.dukung klien dalam asuhan mandiri Kekuatan ego tingkat tertentu, seperti kapasitas untuk uji realitas, control diri atau tingkat integritas ego, dibutuhkan sebagai dasar askep kemudian
Maksimalkan pesan serta klien dalam hubungan terapeutik :
1.tingkatkan peran serta klien secara bertahap dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan asuhan dirinya
2.sampaikan bahwa klien adlah individu yang bertanggungjawab Timbale balik diperlukan bagi klien untuk menerima tanggung jawab terhadap perilaku dan respons koping yang modulatif
2. Eksplorasi diri
Tujuan : mendukung eksplorasi diri pasien
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Bantu klien untuk menerima perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya:
1.dukung ekspresi emosi, keyakinan, perilaku dan pikiran pasien
2.gunakan keterampilan komunikasi terapeutik dan respon simpatik Dengan menunjukkan minat dan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran klien, perawat membantu klien untuk melakukan hal yang sama
Bantu klien mengklasifikasi konsep diri dan hubungan dengan orang lain melalui pengungkapan diri:
1.bangkitkan persepsi klien tentang kelebihan dan kekurangan diri yang dimiliki
2.identifikasikan kritik diri klien
3.bantu klien untuk menguraikan keyakinan tentang bagaimana ia berhubungan dengan orang lain dan dengan peristiwa Pengungkapan diri dan pemahaman terhadap persepsi diri diperlukan untuk membawa perubahan yang akan datang, pengungkapan diri dapat mengurangi ansietas
Waspada dan kendalikan perasaan anda sendiri :
1.terbuka terhadap perasaan anda sendiri.
2.terima perasaan (+) dan (-)
3.gunakan diri secara terapeutik dengan :
-berbagi perasaan anda dengan klien
-mengungkapkan tentang apa yang mungkin orang lain rasakan
-mencerminkan persepsi anda terhadap perasaan klien Kesadaran sendiri memungkinkan perawat memberikan model perilaku autentif dan membatasi pengaruh negative kontertransferens dalam hubungan
Berespons empatik, bukan simpatik, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah berada pada klien :
1.gunakan respons empatik dan pantau diri anada terhadap perasaan simpati/kasihan
2.tegaskan bahwa klien bukan tak berdaya/tidak kuasa dalam menghadapi masalah
3.tunjukkan pada klien baik secara verbal maupun melalui prilaku bahwa klien bertanggung jawab terhadap prilakunya sendiri termasuk memilih respons koping yang adatif/maladaptive
4.gunakan system pendukung dari keluarga dan kelompok untuk memfasilitsi eksplorasi diri klien
5.bantu klien dalam mengenali sifat konflik dan respons koping maladaptif Simpati dapat menimbulkan rasa kasihan klien, sebaiknya perawat harus mengomunikasikan bahwa situasi kehidupan klien memerlukan kendali diri.
3. Evaluasi diri
Tujuan : membantu evaluasi diri klien
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Bantu klien untuk menjabarkan maslah secara jelas :
1.identifikasi stressor yang relevan dan penilaian klien terhadap stressor.
2.klasifikasi bahwa keyakinan klien mempengaruhi perasaan dan perilakunya
3. identifikasi bersama keyakinan yang salah, persepsi yang tidak benar, jiwa dan tujuan yang tidak realistic
4.identifikasi bersama area kekuatan
5.tempatkan konsep keberhasilan dan kegagalan dalam pandangan yang sesuai
6.gali penggunaan sumber koping klien Hanya setelah masalah dijabarkan dengan benar, pilihan alternative dapat diusulkan
Gali respon adaptif dan mal adaptif klien terhadap masalah:
1.Uraikan kepada pasien bahwa semua respon koping dapat dipilih dan mempunyai akibat, baik positf maupun negative
2.Bandingkan respon adaptif dan maladaptive
3.identifikasi bersamaan kewrugian respon koping yang maladaptive.
4.Identifikasi bersamaan keuntungan atau hasil respon koping adaptif.
5.Bahas bagaimana hasil tersebut mendukung penggunaan respon koping adaptif selanjutnya.
6.Gunakan berbagai keterampilan terapeutik,seperti:
-Komunikasi fasilitatif
-Konfrontasi suportif
-Klasifikasi peran
-Reaksi transforens dan kontertransferens dalam hubungan perawat-klien
-Klien kodrama Penggalian koping tersebut penting untuk memeriksa pilihan koping klien dan mengevaluasi akibat positif dan negative.
4. Perencanaan yang Realistik
Tujuan: membantu klien dalam merumuskan rencana tindakan yang realistik
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
Bantu klien mengidentifikasi solusi alternative:
1.bantu klien memahami bahwa hanya dia yang dapat menhgubah dirinya, bukan orang lain.
2.tinjau bersama bagaimana klien dapat lebih baik menggunakan sumber koping
3.bantu klien untuk melihat bahwa dia dapat mengubah keyakinan atau ideal mendekati suatu kenyataan hanya setelah semua alternative yang memungkinkan dia dievaluasi baru dapat terjadi suatu perubahan.
Bantu klen mengkonsepsualisasi tujuan yang realistik:
1.dorong klien untuk merumuskan tujuannya sendiri bukan tujuan perawat.
2.bantu klien untuk menjabarkan secarajelas perubahan konkrit yang diinginkan.
3.gunakan latihan peran, contoh peran, permainan peran, dan visualisasi jika sesuai Penetapan tujuan harus mencakup jabatan yang jelas tentang perubahan yang diharapkan
5. Komitmen terhadap tindakan
Intervensi keperawatan
Bantu klien melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengubah respons koping malladaptif dan mempertahankan respons koping yang adaptif:
1.berikan kesempatan kepada klien untuk mengalami suatu keberhasilan
2.dukung kekuatan, keterampilan, dan aspek yang sehat dari kepribadian klien.
3.dukung klien untuk untuk memperoleh bantuan pekerjaan, financial, pelayanan masyarakat. Gunakn kelompok untuk meningkatkan harga diri klien.
4.beri sejumlah dukungan yang sesuai dan positif untuk membantu klien memperthankan kemajuannya Tujuan utama dalam meningkatkan penghayatan adalah membuat klien mengganti respons koping yang malladaptif dengan yang lebih adaptif.
IV. EVALUASI
Evaluasi adalah persepsi yang berekelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien tehadap tindakan perawatan yang telah dilaksanakan. Adapun indikator untuk mengevaluasi respons konsep diri malladaptif adalah sbb:
1. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri klien telah menurun dalam sifat, jumlah, atau waktu?
2. Apakah perilakun klien mencerminkan penerimaan diri, nilai, diri, dan persetujuan diri yang lebih besar?
3. Apakah sumbe koping klien sudah dikaji dan dikerahakan secara adekuat?
4. Apakah klien sudah meluaskesadarean diri dan melakukan eksplorasi dan evaluasi diri?
5. Apakah klien menggunakan respons koping yang adaptif?
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian.
Konsep diri terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a) identitas diri
b) Citra tubuh
c) Ideal diri
d) Penampilan peran
e) Harga diri
B. SARAN
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah lupuk dari kesalahan, maka sangatlah kami sadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai macam kesalahan, olehnya itu saran dan kritik yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi masyarakat khalayak. Amiiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar