Asuhan Keperawatan

Dunia Askep dan Tips Trik Komputer: Agustus 2011

Welcome to My Blog

Selamat Datang di Blog Ini.
Blog ini masih dalam masa perkembangan dan menuju kesempurnaan, agar blog ini lebih berkembang mohon Kritik dan Sarannya.

Blogger sangat berterima kasih karena ANDA mau mengunjungi Blog ini.

"Blog ini tidak akan berkembang tanpa dukungan dan kerja sama dari ANDA."

Terima kasih!!


Mau Jadi Publisher (Penerbit) atau Advertiser (Pemasang) IKLAN??? Klik disini..!!!


Mau berbisnis?? Klik link-link di bawah ini!!

Mau Dapat Uang Gratis, Download caranya disini...

AdsenseCamp

Graha DBS

Anda Pengunjung Ke :

Buku Tamu Blogger

Dimohon ke pada para pengunjung Blog ini untuk mengisi "BUKU TAMU BLOGGER" yang ada di sebelah kanan agar blogger tahu bahwa Anda bukan robot yang mengunjungi blog ini..

Senin, 01 Agustus 2011

Vulnus Laseratum

Definisi

Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan, biasanya oleh karena tarikan atau goresan benda tumpul.

Etiologi

Vulnus laseratum dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

a. Alat yang tumpulBlockquote

b. Jatuh ke benda tajam dan keras

c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api

d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan

Blockquote

Patofisiologi

Menurut Price (2006), vulnus laseratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontinuitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradanagn atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.

Menurut Buyton & Hal (1997), nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan. Sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitive dan hernosensitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.


Manifestasi Klinik

- Luka tidak teratur

- Jaringan rusak

- Bengkak

- Perdarahan

- Akar serabut tampak hancur / tercabut bila kekerasannya didaerah rambut

- Tampak lecet / memar disetiap luka

Klasifikasi Luka

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka dapat dibagi atas dua bagian, yaitu luka terbuka dan luka tertutup yang diuraikan sebagai berikut:

a. Luka Terbuka; terbagi pada luka tajam dan luka tumpul

1) Luka Tajam

a) Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.

b) Vulnus ictum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.

2) Luka Tumpul

a) Luka tusuk tumpul

b) Vulnus sclopetorum atau luka karena peluru (tembakan)

c) Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan, biasanya oleh karena tarikan atau goresan benda tumpul.

d) Fraktur terbuka

e) Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang

b. Luka Tertutup

1) Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing

2) Vulnus contussum (luka memar); di sini kulit tidak apa-apa, pembuluh darah subkutan dapat rusak, sehingga terjadi hematom. Bila hematom kecil, maka ia akan diserap oleh jaringan sekitarnya. Bila hematom besar, maka penyembuhan berjalan lambat.

3) Bulla ; lepuhan, suatu lesi kulit yang berbatas jelas, mengandung cairan akibat luka bakar.

4) Sprain ; kerusakan (lesi) pada ligament-ligamen / kapsul sendi

5) Dislokasi ; terjadi pada sendi-sendi, hubungan tulang-tulang di sendi lepas / menjadi tidak normal.

6) Fraktur tertutup

7) Laserasi organ interna / vulnus traumaticum ; terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak tampak dari luar. Dapat memberikan tanda-tanda dari hematom hingga gangguan system tubuh. Bila melibatkan organ vital, maka penderita dapat meninggal mendadak.

Penatalaksanaan

Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pember sihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.

a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik ( lokasi dan eksplorasi).

b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:

1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).

2) Halogen dan senyawanya

a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2- 3 jam

b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.

c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik bor ok.

d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.

3) Oksidansia

a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasar kan sifat oksidator .

b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.

4) Logam berat dan garamnya

a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.

b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts)

5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).

6) Derivat fenol

a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptic wajah dan eksterna sebelum operasi dan luka bakar.

b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.

7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin ( rivanol), merupakan turunan aridin dan berupa ser buk berwarna kuning dan konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).

Dalam proses pencucian/pember sihan luka yang per lu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline.

Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion- ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).

c. Pembersihan Luka

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari ter jadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).

d. Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang ter kontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam.

e. Penutupan Luka

Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.

f. Pembalutan

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

g. Pemberian Antibiotik

Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

h. Pengangkatan Jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, Widiyas pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap pender ita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44)..

Waktu Pengangkatan Jahitan :

1. Kelopak Mata

Waktu : 3 hari

2. Pipi

Waktu : 3-5 hari

3. Hidung, dahi, leher

Waktu : 5 hari

4. Telinga, kulit kepala

Waktu : 5-7 hari

5. Lengan, tungkai, tangan, kaki

Waktu : 7-10 hari

6. Dada, punggung, abdomen

Waktu : 7-10+ hari

Sumber : Walton, 1990:44

B. Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan serta pencucian luka
b. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri
c. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka robek
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak efektif
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
g. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan perubahan status kesehatan


3. Fokus Intervensi
Fokus intervensi di dasarkan oleh diagnosa keperawatan yang muncul pada teori.


a. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan serta pencucian luka
Tujuan : Nyeri hilang / berkurang
Hasil yang diharapkan :
- Klien menunjukkan tindakan santai
- Mampu berpartisipasi dalam aktivitas
- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
Intervensi keperawatan :
1). Kaji tingkat nyeri
2). Observasi vital sign
3). Beri posisi yang nyaman dan beraktifitas yang ringan
4). Ajarkan teknik relaksasi
5). Alihkan perhatian klien bila nyeri
6). Kolaborasi medis dengan pemberian obat analgetik

b. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri
Tujuan : Gangguan istirahat tidur teratasi
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat tidur nyenyak
- Jumlah tidur 6 – 8 jam
Intervensi keperawatan Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 :
1). Kaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi
2). Beri posisi yang nyaman
3). Berikan tindakan kenyamanan menjelang tidur, misalnya minum segelas susu hangat, masase
4). Anjurkan klien berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur
5). Ciptakan lingkungan yang tenang dengan mengurangi kebisingan dan lampu

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka robek.
Tujuan : Integritas kulit teratasi
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat mengubah posisi secara teratur.
- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
- Klien merasa nyaman
Intervensi keperawatan :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan warna kelabu memutih.
2) Ubah posisi dengan sering.
3) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal
4) Ganti alat tenun pasien setiap hari

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Hasil yang diharapkan :
- Mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
- Peningkatan aktivitas
Intervensi keperawatan :
1). Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2). Bantu klien melakukan aktivitas s
4). Anjurkan klien untuk mengubah posisi sesering secara bertahap
3). Ciptakan lingkungan tenang, batasi pengunjung mungkin
5). Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan klien

Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka tidak efektif
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Hasil yang diharapkan
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Penyembuhan luka berlangsung normal
- Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 °C)
Intervensi Keperawatan :
1) Observasi tanda-tanda infeksi
2) Observasi Tanda-tanda vital
3) Lakukan perawatan luka secara steril
4) Gunakan teknik septic dan aseptik
5) Kolaborasi pemberian obat antibiotik

f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Hasil yang diharapkan :
- Keseimbangan cairan yang adekuat dengan tanda vital normal
- Turgor kulit baik
Intervensi keperawatan :
1). Kaji turgor kulit dan keadaan membrane mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien
2). Monitor tanda-tanda vital
3). Monitor intake dan output cairan secara teliti termasuk keluaran yang tidak normal.
4). Kolaborasi dalam pemberian cairan

g. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Kecemasan teratasi.
Hasil yang diharapkan :
- Klien terihat lebih tenang
- Klien mengatakan tidak cemas lagi
- Klien bersabar dan menerima keadaannya
Intervensi keperawatan :
1)Kaji tingkat kecemasan
2)Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
3)Beri dorongan spritual
4)Beri penjelasan tentang perawatan luka klien


Daftar Pustaka

- Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
- Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI: Jakarta.
- Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.

READ MORE - Vulnus Laseratum

Graha DBS n Th3 Hack3r

AdsenseCamp