A. DEFINISI KRISIS
• Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup
yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan.
• Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah
• Ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman
Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan.
Konsep krisis :
1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis
2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik
3. Krisis bersifat personal
4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu )
5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik
Faktor Pencetus Terjadinya Krisis :
1. Kehilangan :
- Kehilangan orang yang penting
- Perceraian
- Pekerjaan
2. Transisi :
- Pindah rumah
- Lulus sekolah
- Perkawinan
- Melahirkan
3. Tantangan :
Promosi
Perubahan karir
FAKTOR PENGIMBANG ( Balancing Factory )
Dalam penyelesaian suatu krisis harus dipertimbangkan beberapa faktor pengimbang yaitu :
1) Persepsi individu terhadap kejadian
a) Arti kejadian tersebut pada individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan individu
c) Pandangan realistic & tidak realistic terhadap kejadian
2) Situasi yang mendorong / dukungan situasi
- Ada orang / lembaga yang dapat mendorong individu
3) Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu
- Sikap yang biasa dilakukan individu dalam menangani masalahnya.
MACAM KRISIS :
1. Krisis maturasi/krisis perkembangan
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.
• Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan
• Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan
• Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll.
2. Krisis situasional
• Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang
• Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi
• Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan
3. Krisis social
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.
• Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas
• Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang
Tahap perkembangan krisis :
Fase 1
• Individu dihadapkan pada stressor pemicu
• Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa digunakan
Fase 2
• Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving sebelumnya
• Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung
Fase 3
• Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal
• Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi
Fase 4
• Kegagalan resolusi
• Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRISIS
A. PENGKAJIAN
1. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul.
a. Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena perpisahan.
b. Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
c. Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan harta benda, kehilangan kewarganegaran, rumah kena gusur.
d. Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup.
e. Ancaman – ancaman lain yang dapat diidentifikasi termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan.
2. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok – pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
a) Apa arti makna kejadian terhadap individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan
c) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis
d) Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
e) Apakah punya teman tempat mengeluh
f) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga
g) Apakah ada orang atau lembaga yang dapat memberikan bantuan
h) Apakah mempunyai keterampilan menggantikan fungsi orang yang hilang
i) Perasaan diasingkan oleh lingkungan
j) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, sbb :
1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.
2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8. Perasaan khawatir, ansietas.
9. Perubahan dalam partisipasi social.
10.Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12. Perhatian menurun.
Pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap masalah musibah yang dialami.
FASE
1.Dampak Emosional
2.Pemberani (heroic)
3.Bulan madu (honeymoon)
4.Kekecewaan
5.Rekonstruksi dan Reorganisasi
RESPON
1.Fase ini sudah termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panic, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.
2.Terjadi suatu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga, dan tim kedaruratan kegiatan yang konstruktif saat itu dapat mengatasi ansietas dan depresi. Akan tetapi aktifitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.
3.Fase ini mulai terlihat pada satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Kebutuhan bantuan orang lain berupa uang, sumber daya, serta dukungan dari berbagai pihak. Perkumpulan akan membantu memberikan masyarakat baru masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung.
4.Fase ini berakhir dalam 2 bulan s/d 1 tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membanding – bandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya, dan mulai tumbuh rasa benci atau sikap bermusuhan terhadap orang lain.
5. Individu mulai menyadari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalhnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan lingkungannya.Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadi musibah
B. PERENCANAAN
Dinamika yang mendasari krisis ditetapkan alternative penyelesaian, langkah – langkah untuk mencapai penyelesaian masalah seperti : menentukan lingkungan pendukung dan memperkuat mekanisme koping.
C. TUJUAN
1. Membantu pasien agar dapat berfungsi lagi seperti sebelum mengalami krisis.
2. Meningkatkan fungsi pasien seperti dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)
3. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi 4 tingkatan dari urutan
yang paling dangkal sampai paling dalam, yaitu :
1) Manipulasi lingkungan
Ini adalah intervensi dengan merubah secara langsung lingkungan fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu dengan stressor yang menyebabkan krisis.
2) Dukungan umum (general support)
Tindakan ini dilakukan dengan membuat pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap untuk membantu, sikap perawat yang hangat, menerima, empati, serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.
3) Pendekatan genetic (genetic approach)
Tindakan ini digunakan untuk sejumlah besar individu yang mempunyai resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan dengan metode spesifik untuk individu – individu yang menghadapi tipe krisis dan kombinasi krisis atau
jika ada resiko bunh diri / membunuh orang lain.
4) Pendekatan individual (individual approach)
Tindakan ini meliputi penentuan diagnose, dan terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunuh diri/membunuh orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan penyesuaian atau proses berfikir yang berhubungan dengan ketidak mampuan menilai realita
2. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan depresi karena kehilanagan banyak hal yang serius.
3. Gangguan proses dalam keluarga yang berhubungan dengan penurunan komunikasi dalam interaksi social terhadap rumah sakit.
4. Gangguan konsep diri, harga diri, penampilan, peran dan identitas pribadi yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan kekuatan dan aktivitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan penyesuaian atau proses berfikir yang berhubungan dengan ketidak mampuan menilai realita.
TUJUAN :
Pasien akan mendemonstrasikan kemampuan membedakan antara dan realita dan fantasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a. Berikan orientasi realita
b. Berikan waktu yang aman pada waktu-waktu tertentu
c. Ulangi informasi sampai pasien dapat mengatakan pada orang lain
2. Koping yang tidak efektif sehubungan dengan depresi karena kehilanagan banyak hal yang serius.
TUJUAN :
Pasien mampu mengekspresikan frustasi, marah, dan gusar terhadap kejadian secara verbal dan non verbal.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a. Ekspresikan kemungkinan perasaan yang pernah dialami perawat dalam situasi yang sama.
b. Tanyakan pasien terhadap setuju atau ketidaksetujuan tentang keakuratan perawatan menggambarkan perasaan.
c. Gunakan sentuhan yang lembut dan duduk tenang dengan pasien, sehingga ia tidak mengalami nyeri fisik selain nyeri emosional.
d. Akui besarnya kehilangan
e. Akui reaksi pasien sebagai hal yang normal, respon manusia yang diharapkan terhadap berat dan banyaknya kehilangan.
3. Gangguan proses dalam keluarga yang berhubungan dengan penurunan komunikasi dalam interaksi social terhadap rumah sakit.
TUJUAN :
Mempertahankan komunikasi antara pasien dan keluarga yang efektif.
INTERVENSI KEPERAWATAN:
a. Bantu dalam merencanakan kunjungan keluarga, membiarkan peraturan berkunjung yang fleksibel untuk menambah waktu bagi pasien.
b. Rencanakan perawatan yang tidak berhubungan dengan kunjungan .
c. Mendorong keluarga menggunakan sentuhan saja atau dengan komunikasi verbal dengan pasien.
d. Demonstrasikan sentuhan pada pasien untuk memperlihatkan pada keluarga bahwa tidak akan membahayakan pasien atau peralatan.
e. Memberikan keluarga dan pasien kunjungan yang tidak terputus, rendahkan pagar tempat tidur dan letakkan kursi di samping tempat tidur.
4. Gangguan konsep diri, harga diri, penampilan, peran dan identitas pribadi yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan kekuatan dan aktivitas.
TUJUAN :
Pasien akan menghargai diri dan mengatakan dirinya berharga serta merasakan dukungan dan perhatian.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a. Masukkan perencanaan sentuhan yang berarti kedalam aktivitas keperawatan.
b. Gunakan kontak mata untuk memperkuat proses komunikasi yang terjadi selama menyentuh.
c. Rencanakan kemajuan memperkuat aktivitas pasien dengan perawat, atau pasien dengan keluarga.
d. Memberikan ucapan balik positif secara verbal dan non verbal tentang penampilan.
Welcome to My Blog
Selamat Datang di Blog Ini.
Blog ini masih dalam masa perkembangan dan menuju kesempurnaan, agar blog ini lebih berkembang mohon Kritik dan Sarannya.
Blogger sangat berterima kasih karena ANDA mau mengunjungi Blog ini.
"Blog ini tidak akan berkembang tanpa dukungan dan kerja sama dari ANDA."
Mau Jadi Publisher (Penerbit) atau Advertiser (Pemasang) IKLAN??? Klik disini..!!!
Mau berbisnis?? Klik link-link di bawah ini!!
Mau Dapat Uang Gratis, Download caranya disini...
AdsenseCamp
Anda Pengunjung Ke :
Buku Tamu Blogger
Dimohon ke pada para pengunjung Blog ini untuk mengisi "BUKU TAMU BLOGGER" yang ada di sebelah kanan agar blogger tahu bahwa Anda bukan robot yang mengunjungi blog ini..
Minggu, 19 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar