TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (FKUI. Hal : 1051)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong. Hal : 423)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai bagi bayi prematur, atau low birth weight, atau sering disebut bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961)
2. Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NBK. SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (KMK) (FKUI. Hal : 1052)
3.Etiologi
Menurut penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi :
a. Faktor ibu
1) Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
(toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisik dan psikologis, atau penyakit lain seperti : nephritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut) atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multi gravidarum, yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda, umumnya akan mengakibatkan lahir bati BBLR. (FKUI. Hal : 1052)
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.
•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.
b. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK
•Bayi prematur
- ¬Vernik kaseosa sedikit/tidak ada
- Jaringan lemak bawah kulit sedikit
- Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
- Menangis lemah
- Kulit tipis, merah dan stranparan
- Tonus otot hipotoni
•Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas
- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat
- Abdomen cekung atau rata
- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
•Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi KMK
(Mochtar, hal : 448)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
b. Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.
c. Golongan darah : menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
d. Kalsium serum : mungkin rendah.
e. Elektrolit (Na, k, cl).
f. Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas.
g. Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama.
h. Laju sedimentasi elektrolit : meningkat menunjukan respon inflamasi akut.
i. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana enfeksius.
j. Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
k. Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes, hal : 634)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu BB oC, BB 2 kg - 2,5 kg : 45 oC, suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan setiap 24 – 27 oC.
b. Makanan bayi berat badan baru lahir (diet)
Umumnya arefleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan(lipase) masih kurang. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi)
(Mochtar, 1998, hal : 449)
7. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognasis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
8. Komplikasi
a. Aspirasi mekonium, yang diikuti pneumothorax, disebabkan oleh distress pada persalinan.
b. Pada bayi KMK mempunyai hubungan yang tinggi yang mungkin disebabkan hipoksia kronik di dalam uterus, pada keadaan ini harus dilakukan partial plasma dengan segera, bila tidak akan timbul gejala kejang hipotoni.
c. Hipoglikemi, karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.
d. Aspiksia, perdarahan paru pasif, hipotermia, catat bawaan akibat kelainan kromosom.
(Wiknjosostro, Hanifa : 1999 : 782).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
•Identitas Anak
Nama : Agama ayah :
Tanggal lahir/umur : Suku bangsa :
Nama ayah/ibu : Tanggal masuk :
Pekerjaan ayah/ibu : Diagnosa medis :
Pendidikan ayah/ibu : Data diperoleh tanggal :
•Pengkajian Umum
- Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari/lebih sering sesuai instruksi.
- Ukur panjang dna lingkar kepala secara periodik.
- Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat. Kemudahan bernafasm adanya edema dan lokasi.
- Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
- Gambarkan adanya atnda distress : warna buruk, mulut terluka, kepala terangguk-angguk, meringis, lais berkerut.
•Pengkajian pernafasan
- Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lain.
- Gambarkan penggunaan otot aksesori : pernafasan, cuping hidung, atau substernal, interkostal, atau subklavikular.
- Tentukan frekuensi dan ketaraturan pernafasan.
- Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan : stridor, krikels, mengi, bunyi menurun basah, area yang tidak ada bunyi, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi nafas.
- Tentukan apakah pengisapan diperlukan.
- Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
•Pengkajian kardiovaskuler
- Tentukan frekuensi dan irama jantung.
- Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
- Tentukan titik intensitas maksimum, titik dimana bunyi dan palpasi denyut jantung terkeras.
- Kaji membran mukosa bibir.
- Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (
•Pengkajian gastrointestinal
- Tentukan adanya distensi abdomen, lingkar perut meningkat, kulit mengkilat, tanda-tanda eritema.
- Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan pemberian makan, kateter, jumlah sisa makanan, bila selang nasogastrik terpasang, gambarkan tipe penghisapan, drainase (warna, konsistensi, PH).
- Observasi jumlah, warna dan konsistensi feses.
- Kaji adanya bising usus.
•Pengkajian genitauniaria
- Kaji adanya abnormalitas genetalia.
- Periksa BB.
- Pengkajian neurologis muskuloskeletal.
- Kaji adanya reflek pada bayi : moro menghisap, babinski, refleks plantar, dan reflek yang diharapkan.
- Kaji lingkar kepala, garis, ukuran, future.
•Pengkajian temperatur dan kulit
- Kaji suhu tubuh.
- Kaji adanya perubahan warna, kemerahan, iritasi, lepuh, abrasi.
- Observasi turgor kulit, kering, halus, pecah, terkelupas, ruam, lesi kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
b. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
e. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas.
3. Rencana Keperawatan
Dx I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
Tujuan : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat
KH : - Oksigenasi jaringan adekuat
- Jalan nafas paten
- Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adekuat
Intervensi :
•Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas, untuk mencegah penyempitan jalan nafas
•Observasi tanda-tanda distress (mengorok, sianosis, cuping hidung, apnea)
•Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring trakea
•Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai ketentuan untuk memudahkan drainase sekret
•Berikan posisi miring untukmencegah aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan
•Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan (cuping hidung, retraksi, tacipnea, apnea, mengorok, sianosis, suturitas O2 rendah)
Dx II : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil
KH : Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
•Tempatkan bayi dalam inkubator atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka untuk mempertahankan suhu tubuh stabil
•Pantau suhu aksila bayi yang tidak stabil
•Periksa suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
•Pantau tanda-tanda dari hipertermi : kemerahan, ruam
•Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : kemerahan ruam
•Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : terpapar udara dingin, jendela
Dx III : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
KH : Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
Intevensi :
•Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
•Bersihkan semua alat yang digunakan untuk bayi dengan bersih / steril
•Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai institusional
•Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai intruksi
Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : Pasien menunjukan nutrisi yang adekuat, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan menunujukan penambahan berat badan yang tepat
KH : Bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat
Intervensi :
•Pertahankan cairan parental/nutrisi sesuai instruksi
•Kaji kesiapan bayi untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan
•Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai ibunya dapat menyusui
Dx V : Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas
Tujuan : Pasien dapat menunjukan status hidrasi adekuat
KH : Bayi dapat menunjukan hemastasis
Intervensi :
•Kaji cairan dan elektrolit dengan terapi
•Berikan cairan parental/oral secara adekuat
•Kaji status hidrasi (turgor kulit, edema, tekanan darah, mukosa)
•Berikan cairan parental sesuai program untuk menghindari dehidrasi
•Pantau keluaran urine, berapa kali sehari
4. Evaluasi
1. Jalan nafas tetap paten, frekuensi dan pola nafas dalam batas normal
2. Suhu dalam batas normal
3. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
4. Berat badan bayi bertambah kira-kira 20 – 30gr / hari
5. Tingkat hidrasi adekuat (turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab)
6. Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan TIK (letargi, tonus otot menurun, pucat sianosis, reflek moro menurun, apnea, tangisan bernada tinggi muntah yang kuat, kejang)
7. Orang tua memahami tentang kondisi anaknya saat ini
READ MORE - BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (FKUI. Hal : 1051)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong. Hal : 423)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai bagi bayi prematur, atau low birth weight, atau sering disebut bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961)
2. Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NBK. SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (KMK) (FKUI. Hal : 1052)
3.Etiologi
Menurut penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi :
a. Faktor ibu
1) Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
(toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisik dan psikologis, atau penyakit lain seperti : nephritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut) atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multi gravidarum, yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda, umumnya akan mengakibatkan lahir bati BBLR. (FKUI. Hal : 1052)
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.
•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.
b. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK
•Bayi prematur
- ¬Vernik kaseosa sedikit/tidak ada
- Jaringan lemak bawah kulit sedikit
- Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
- Menangis lemah
- Kulit tipis, merah dan stranparan
- Tonus otot hipotoni
•Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas
- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat
- Abdomen cekung atau rata
- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
•Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi KMK
(Mochtar, hal : 448)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
b. Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.
c. Golongan darah : menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
d. Kalsium serum : mungkin rendah.
e. Elektrolit (Na, k, cl).
f. Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas.
g. Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama.
h. Laju sedimentasi elektrolit : meningkat menunjukan respon inflamasi akut.
i. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana enfeksius.
j. Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
k. Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes, hal : 634)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu BB oC, BB 2 kg - 2,5 kg : 45 oC, suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan setiap 24 – 27 oC.
b. Makanan bayi berat badan baru lahir (diet)
Umumnya arefleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan(lipase) masih kurang. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi)
(Mochtar, 1998, hal : 449)
7. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognasis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
8. Komplikasi
a. Aspirasi mekonium, yang diikuti pneumothorax, disebabkan oleh distress pada persalinan.
b. Pada bayi KMK mempunyai hubungan yang tinggi yang mungkin disebabkan hipoksia kronik di dalam uterus, pada keadaan ini harus dilakukan partial plasma dengan segera, bila tidak akan timbul gejala kejang hipotoni.
c. Hipoglikemi, karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.
d. Aspiksia, perdarahan paru pasif, hipotermia, catat bawaan akibat kelainan kromosom.
(Wiknjosostro, Hanifa : 1999 : 782).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
•Identitas Anak
Nama : Agama ayah :
Tanggal lahir/umur : Suku bangsa :
Nama ayah/ibu : Tanggal masuk :
Pekerjaan ayah/ibu : Diagnosa medis :
Pendidikan ayah/ibu : Data diperoleh tanggal :
•Pengkajian Umum
- Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari/lebih sering sesuai instruksi.
- Ukur panjang dna lingkar kepala secara periodik.
- Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat. Kemudahan bernafasm adanya edema dan lokasi.
- Gambarkan adanya deformitas yang nyata.
- Gambarkan adanya atnda distress : warna buruk, mulut terluka, kepala terangguk-angguk, meringis, lais berkerut.
•Pengkajian pernafasan
- Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lain.
- Gambarkan penggunaan otot aksesori : pernafasan, cuping hidung, atau substernal, interkostal, atau subklavikular.
- Tentukan frekuensi dan ketaraturan pernafasan.
- Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan : stridor, krikels, mengi, bunyi menurun basah, area yang tidak ada bunyi, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi nafas.
- Tentukan apakah pengisapan diperlukan.
- Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.
•Pengkajian kardiovaskuler
- Tentukan frekuensi dan irama jantung.
- Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
- Tentukan titik intensitas maksimum, titik dimana bunyi dan palpasi denyut jantung terkeras.
- Kaji membran mukosa bibir.
- Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (
•Pengkajian gastrointestinal
- Tentukan adanya distensi abdomen, lingkar perut meningkat, kulit mengkilat, tanda-tanda eritema.
- Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan pemberian makan, kateter, jumlah sisa makanan, bila selang nasogastrik terpasang, gambarkan tipe penghisapan, drainase (warna, konsistensi, PH).
- Observasi jumlah, warna dan konsistensi feses.
- Kaji adanya bising usus.
•Pengkajian genitauniaria
- Kaji adanya abnormalitas genetalia.
- Periksa BB.
- Pengkajian neurologis muskuloskeletal.
- Kaji adanya reflek pada bayi : moro menghisap, babinski, refleks plantar, dan reflek yang diharapkan.
- Kaji lingkar kepala, garis, ukuran, future.
•Pengkajian temperatur dan kulit
- Kaji suhu tubuh.
- Kaji adanya perubahan warna, kemerahan, iritasi, lepuh, abrasi.
- Observasi turgor kulit, kering, halus, pecah, terkelupas, ruam, lesi kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
b. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
e. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas.
3. Rencana Keperawatan
Dx I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan
Tujuan : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat
KH : - Oksigenasi jaringan adekuat
- Jalan nafas paten
- Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adekuat
Intervensi :
•Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas, untuk mencegah penyempitan jalan nafas
•Observasi tanda-tanda distress (mengorok, sianosis, cuping hidung, apnea)
•Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring trakea
•Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai ketentuan untuk memudahkan drainase sekret
•Berikan posisi miring untukmencegah aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan
•Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan (cuping hidung, retraksi, tacipnea, apnea, mengorok, sianosis, suturitas O2 rendah)
Dx II : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil
KH : Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
•Tempatkan bayi dalam inkubator atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka untuk mempertahankan suhu tubuh stabil
•Pantau suhu aksila bayi yang tidak stabil
•Periksa suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
•Pantau tanda-tanda dari hipertermi : kemerahan, ruam
•Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : kemerahan ruam
•Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : terpapar udara dingin, jendela
Dx III : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
KH : Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
Intevensi :
•Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
•Bersihkan semua alat yang digunakan untuk bayi dengan bersih / steril
•Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai institusional
•Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai intruksi
Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : Pasien menunjukan nutrisi yang adekuat, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan menunujukan penambahan berat badan yang tepat
KH : Bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat
Intervensi :
•Pertahankan cairan parental/nutrisi sesuai instruksi
•Kaji kesiapan bayi untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan
•Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai ibunya dapat menyusui
Dx V : Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas
Tujuan : Pasien dapat menunjukan status hidrasi adekuat
KH : Bayi dapat menunjukan hemastasis
Intervensi :
•Kaji cairan dan elektrolit dengan terapi
•Berikan cairan parental/oral secara adekuat
•Kaji status hidrasi (turgor kulit, edema, tekanan darah, mukosa)
•Berikan cairan parental sesuai program untuk menghindari dehidrasi
•Pantau keluaran urine, berapa kali sehari
4. Evaluasi
1. Jalan nafas tetap paten, frekuensi dan pola nafas dalam batas normal
2. Suhu dalam batas normal
3. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
4. Berat badan bayi bertambah kira-kira 20 – 30gr / hari
5. Tingkat hidrasi adekuat (turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab)
6. Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan TIK (letargi, tonus otot menurun, pucat sianosis, reflek moro menurun, apnea, tangisan bernada tinggi muntah yang kuat, kejang)
7. Orang tua memahami tentang kondisi anaknya saat ini