BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vaksin
Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar), adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar".
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan imunisasi.
1. Sistem Imun
Pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari sistem imun alamiah atau nonspesifik yang sudah ada dalam tubuh, dan dapat bekerja segera bila ada ancaman, sedangkan sistem imun spesifik baru bekerja setelah tubuh terpajan dengan mikroorgansime ke dua kali atau lebih. Sistem imun nonspesifik terdiri dari faktor fisis seperti kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, faktor larut yang terdiri dari faktor biokimia seperti lisozim (keringat), sekresi sebaseus, asam lambung, laktoferin dan asam neuraminik, faktor humoral sepeti komplemen, interferon dan CRP, sedangkan faktor selular seperti sel fagosit (mono-dan polimorfonukliar), sel NK, sel mast dan sel basofil.
Sistem imun spesifik terdiri dari faktor humoral seperti berbagai antibodi yang diproduksi sel B dan faktor selular seperti Th (Th1, Th2, Ts, Tdth dan Tc). Refleks batuk yang terganggu oleh alkohol, narkotika, kerusakan mekanisme bersihan saluran napas oleh rokok atau polusi udara merupakan masalah sehari-hari yang banyak dijumpai dan harus dihadapi sistem imun. Gagal ginjal atau hati, penggunaan steroid dan diabetes melitus dapat menurunkan mekanisme bersihan darah dan risiko infeksi yang lebih berat. Pada infeksi HIV, mieloma multipel, limfoma terjadi gangguan produksi antibodi. Pada infeksi berat, penggunaan antibiotik dapat melepas sejumlah komponen dinding sel yang bahkan dapat memperberat proses inflamasi.
2. Respons Imun
Imunitas perlu dipacu terhadap jenis antibodi/ sel sistem imun yang benar. Antibodi yang diproduksi harus efektif terhadap mikroba ekstraselular dan produknya (toksin). Antibodi akan mencegah adherens atau menetralisasi toksin. Imunitas selular (CMI, sel T, makrofag) yang diinduksi vaksinasi adalah esensial untuk mencegah dan eradikasi bakteri, protozoa, virus dan jamur intraselular.
Oleh karena itu vaksinasi harus diarahkan untuk menginduksi baik sistem imun humoral maupun selular. Terhadap infeksi cacing dipilih induksi Th2 yang memacu produksi IgE, sedang untuk proteksi terhadap mycobacterium dipilih respons Th1 yang mengaktifkan makrofag. Antigen dapat diubah secara artifisial dan antibodi yang diproduksinya.
berhubungan dengan epitop yang berubah. Epitop dapat dihilangkan, ditambah atau diubah. Cara umum untuk meningkatkan jumlah epitop ialah dengan menambahkan hapten ke antigen.
Ajuvan adalah vaksin mati terdiri dari molekul kecil yang memerlukan konjugasi dengan bahan lain/antigen untuk meningkatkan efektivitas, misalnya aluminium hidroksida. Sel T terdiri dari sel CD4+ dan CD8+. Sel CD4+ disebut sel Th oleh karena membantu sel B untuk memproduksi antibodi. Sebaliknya sel CD8+ berfungsi untuk menghancurkan sel terinfeksi seperti virus dan disebut sel limfosit sitotoksik (CTL). Vaksin berperan penting dalam induksi memori pada sel T dan sel B. Untuk merangsang sel memori hanya diperlukan sedikit rangsangan dari antigen.
Gambar 1. Presentasi antigen dan aktivasi sel T
B. Tujuan Vaksin
1. Menumbuhkan Kekebalan
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkannya, dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan telah siap:Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel; dan Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak.
2. Pemberantasan Penyakit
Berbagai penyakit seperti polio telah dapat dikendalikan di negara-negara maju melalui penggunaan vaksin secara massal (malah, cacar telah berhasil dimusnahkan, sedangkan rubella dilaporkan telah musnah dari AS).
C. Jenis-Jenis Vaksin
Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya antara lain :
1. Vaksin Hidup (Live attenuated vaccine)
Vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenik namun tidak patogenik. Contohnya adalah virus polio oral. Oleh karena vaksin diberikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi IgA lokal yang ditingkatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh.
2. Vaksin Mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine)
Vaksin mati jelas tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan pemberian hingga beberapa kali.
3. Rekombinan
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
4. Toksoid
Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid, dan merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteriil toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya.
5. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
Beberapa pula jenis vaksin dibedakan berdasarkan klasifikasinya, antara lain :
Vaksin dibedakan menjadi vaksin bakteri dan vaksin virus. Contoh vaksin bakteri adalah : vaksin TT, vaksin DT, vaksin DTP, vaksin BCG Kering, vaksin Td, vaksin DTP-HB, dan sebagainya. Contoh vaksin virus adalah vaksin Polio, vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, dan sebagainya.
Fungsi-fungsi dari beberapa vaksin yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1. Vaksin TT : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit tetanus dan tetanus neonatal (tetanus yang terjadi pada bayi yang baru lahir).
2. Vaksin DT : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri dan tetanus.
3. Vaksin DTP : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan).
4. Vaksin BCG Krg : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit TBC (tuberculosis).
5. Vaksin Td : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit Tetanus dan Difteri (konsenstrasi lebih kecil) pada anak usia 7 tahun ke atas.
6. Vaksin DTP-HB : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B.
7. Vaksin Polio : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit poliomyelitis.
8. Vaksin Campak : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit campak.
9. Vaksin Hepatitis-B : berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit hepatitis-B.
D. Cara Pemberian Vaksin
Berbagai macam cara pemberian vaksin (intramuskular, subkutan, intradermal, intranasal atau oral) berdasarkan pada komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. Sebaiknya vaksin diberikan di area tempat respon imun yang diharapkan bisa tercapai maksimal dan terjadinya kerusakan jaringan, saraf dan vaskular yang minimal. Penyuntikan intramuskular dianjurkan jika penyuntikan subkutan atau intradermal dapat menimbulkan iritasi, indurasi, perubahan warna kulit, peradangan, pembentukan granuloma. Risiko pemberian suntikan subkutan pada jaringan neurovaskular lebih jarang, non reaktogenik dan cukup imunogenik.
Vaksin itu antara lain untuk penyakit:
1. Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Meningitis meningokokus (Meningokok)
Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia.
3. Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penderita akan mengalami panas tubuh C), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang nafsu makan.yang tinggi (di atas 40 Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.
4. Campak (Measle)
Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit memuncak, suhu C.tubuh bisa mencapai 40
5. Parotitis (Mumps) atau gondongan
Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejala yang dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur hidup.
6. Rubella (campak Jerman)
Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi.
7. Yellow fever (demam kuning)
Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini. Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip dengan flu.
8. Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning.
9. Japanese B encephalitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28. Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.
10. Rabies
Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28.
11. Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit yang cukup berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis).
12. Hepatitis A
Virus hepatitis A Virus hepatitis A mengakibatkan penyakit berjangkit yang teruk serta keradangan hati. Keadaan klinikal penyakit ini berbeza, iaitu daripada sakit ringan yang berlanjutan selama satu hingga dua minggu hingga sakit teruk yang menyebabkan hilang keupayaan selama beberapa bulan. Sebahagian besarnya langsung tidak menunjukkan kesan, hanya sakit-sakit ringan terutama di kalangan kanak-kanak. Ia jarang menyebaLkan kematian dan kadar kematian amat rendah. Kematian hanya berlaku pada pesakit tua yang mendapat penyakit ini dengan mendadak.
Virus (HAV) Virus (HAV) ini berjangkit melalui saluran najis, mulut serta saluran penghadaman. Kerang, tiram dan kima (siput besar) boleh menjadi punca utama wabak hepatitis A jika tidak dimasak dengan betul. Ini kerana kerang mungkin menyedut air yang tercemar dan membawa HAV ke dalam tubuh manusia yang memakannya. Di negara-negara yang kekurangan infrastruktur bekalan air dan sistem pembetungan najis yang tidak sempurna, air yang tercemar boleh menjadi saluran penyebaran HAV.
Hepatitis A adalah penyakit berjangkit yang paling mudah dijangkiti. Kadar jangkitannya lebih 1,000 kali lebih tinggi daripada taun dan 10 hingga 100 kali lebih tinggi daripada demam kepialu. Kematian akibat hepatitis A dilaporkan lebIh dua orang setiap 100 mangsa yang berusia lebih 40 ta. hun dan meningkat hingga seorang dalam setiap 30 mangsa yang berumur lebih 49 tahun. Kajian yang dijalankan di negara kita menunjukkan bahawa 50 peratus daripada penduduk Malaysia di bawah usia 30 tahun tidak mempunyai pelalian kepada hepatitis A.
13. Hepatitis B
Virus hepatitis B (HBV) mengakibatkan keradangan hati yang teruk dan sangat mudah dijangkiti. Kuman berjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cecair badan yang tercemar. Ia adalah 100 kali lebih mudah dijangkiti daripada HIV. Penyakit boleh dikesan melalui ujian fungsi hati. Dalam kes-kes yang teruk, pesakit berhadapan dengan maut akibat kerosakan hati di mana sebahagian atau keseluruhan hati musnah. Penyakit hati yang kronik boleh membawa kepada cirrhosis dan barah hati, salah satu jenis barah yang paling kerap dihidapi di dunia. Sebanyak 80 peratus daripada barah hati jenis primary hepatocellular carcinoma (PHC) di seluruh dunia disebabkan komplikasi jangkitan HBV. Jangkitan daripada ibu kepada bayi baru lahir mengakibatkan jangkitan hati yang kronik, cirrhosis atau PHC.
Mengikut anggaran, terdapat kira-kira 350 juta pembawa jangkitan hepatitis B kronik seluruh dunia. Vaksinasi menentang hepatitis B di kalangan remaja dan kanak-kanak dilakukan di banyak negara termasuk Amerika Syarikat, Perancis dan Itali. Pertubohan Kesihatan Sedunia (WHO) menetapkan matlamat imunisasi menyeluruh menentang hepatitis B di semna negara endemik (dengan kadar pembawa lebih tinggi daripada dua peratus) menjelang 1995. Semua negara mesti mempunyai program imunisasi menjelang 1997.
Di negara-negara yang tidak mempunyai program imunisasi menyeluruh, kumpulan-kumpulan yang dianggap mempunyai risiko serangan hepatitis B ialah anak-anak yang ibunya telah dijangkiti, homoseksual dan heteroseksual dengan berbilang pasangan, penagih dadah yang menggunakan suntikan, pekerja yang terpaksa menyentuh darah atau cecair badan orang lain, pekerja kesihatan dan penerima pemindahan organ manusia.
14. Poliomyelitis
Poliomyelitis atau polio juga penyakit berjangltit yang berbahaya dan berpunca daripada virus yang disebarkan melalui saluran najis dan mulut. Antara tanda-tandanya ialah demam, meningitis, lumpuh dan akhirnya maut. Walaupun penyakit ini tidak banyak lagi dikesan di negara-negara perindustrian namun masih berlaku di negara-negara yang mundur dan kurang membangun. Sebanyak 68 kes polio dikesan di Belanda pada 1992 dan dua menghadapi maut.
15. Varicella
Varicella atau cacar air adalah antara penyakit yang paling mudah dijangkiti oleh kanak-kanak dan menyebabkan kulit melepuh. Virus ini turut menyebabkan herpes .oster atau kayap ular. Ia kerap berlaku di kalangan orang tua namun boleh juga berlaku pada kanak-kanak bawah lima tahun yang tidak menerima imunisasi lengkap.
Di negara beriklim sederhana, 90 peratus mendapat cacar air sebelum berusia 15 tahun dan 95 peratus menjelang dewasa. Kadar ini lebih rendah di negara tropika dan paling teruk di kalangan pesakit yang tidak menerima imunisasi lengkap, remaja dan dewasa lebih-lebih lagi wanita hamil kerana risiko berlakunya pneumonia cacar air secara mendadak. Kematian berlaku pada pesakit yang tidak lengkap imunisasinya.
Pembawa utama virus varicella zoster adalah manusia sendiri. Kira-kira 90 peratus yang tinggal serumah dan terdedah kepada pesakit cacar air akan mendapat penyakit ini kerana virus tersebar melalui udara atau sentuhan dengan pesakit. Walaupun rawatan boleh diperolehi selepas jangkitan namun adalah lebih baik mencegah penyakit ini daripada berjangkit. Cara terbaik untuk mencegah ialah dengan mengasingkan pesakit, imunisasi atau vaksinasi.
16. Difteria
Difteria adalah jangkitan bakteria yang berpunca daripada Corynebacterium difteria (C. difteria). Penyakit ini menyerang bahagian atas mukosa saluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhan membran kelabu melitupi tonsi] serta bahagian saluran pernafasan.
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan ia amat sensitif kepada faktor-faktor alam sekita seperti kekeringan, kepanasan dan sinaran matahari Difteria disebarkan daripada kulit, saluran pernafasaa dan pesakit difteria itu sendiri. Kadar kematia akibat difteria paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian biasanya berlaku dalam masa tiga hingga empat hari.
Rawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteria yang melemahkan toksin dan antibiotik. Erythromycin dan penisilin membantu menghapuskan bakteria dan menghentikan pengeluaran toksin. Umumnya difteria boleh dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
17. Tetanus
Tetanus lebih dikenali sebagai penyakit kancing gigi dan tanda-tandanya ialah kekejangan otot yang menyakitkan. Ia didapati apabila luka dicemari kekotoran yang mengandungi spora bacteria yang dinamakan Clostridium tetani. Tetanus penyakit berbahaya yang membawa maut dan menjadi punca utama kematian di Asia dan Afrika.
Clostridium tetani dijangkiti melalui manusia, kuda dan haiwan berdarah panas. Saluran usus, luka dan spora, tanah, najis mengandungi bakteria ini. Risiko penyakit ini amat tinggi jika kecederaan berpunca daripada objek runcing dan tajam seperti jarum atau duri pokok yang tercemar yang berkemungkinan mencucuk spora jauh ke dalam kulit.
Tanda-tanda seseorang itu mendapat tetanus ialah kelesuan, ketegangan atau kekejangan, sukar mengunyah, otot semakin keras hingga terkancing gigi, susah tersenyum lebar, pengecutan otot yang kuat, kekejangan yang menyakitkan. Tetanus mengakibatkan keretakan (di tulang-tulang panjang, tulang belakang), kerenggangan tendon, kesukaran makan, kegagalan jantung dan trombosis. Tetanus hanya boleh dicegah melalui vaksinasi.
18. Pertussis
Penyakit batuk kokol disebabkan bakteria Bordetelia pertussis dan berpunca daripada jangkitan saluran pernafasan yang tersekat-sekat terutama di kalangan kanak-kanak berumur bawah dua tahun. Tandata-tandanya ialah batuk sekali-sekala dan melarat menjadi batuk kokol berpanjangan dan akhirnya muntah. Pertussis jika dibiarkan boleh mengakibatkan kerosakan otak. Terdapat kira-kira 40 juta kes baru setiap tahun dan mengakibatkan 340,000 kematian di mana satu peratus daripadanya bayi berumur kurang setahun.
Pembawa kuman pertussis ialah manusia dan kumannya hidup di saluran pernafasan. Bakteria batuk koko sensitif kepada faktor alam sekitar termasuk kekeringan, kepanasan dan sinaran matahari dan mudah tersebar melalui pernafasan. Pertussis boleh menyebabkan pneumonia, konvulsi, pendarahan dan kekeringan.
E. Keamanan dan Stabilitas
Perhatikan keamanan dan stabilitas vaksin. Vaksin pada umumnya stabil selama 1 tahun pada suhu 4oC, sedangkan bila disimpan pada suhu 37oC hanya dapat bertahan 2-3 hari.
Persoalan yang dapat timbul pada penggunaan vaksin:
1. Vaksin bakteri/virus yang dilemahkan.
a. Proses untuk melemahkan bakteri / virus kurang mencukupi.
b. Mutasi ke bentuk wild type.
c. Kontaminasi.
d. Penerima vaksin imunokompromais.
2. Vaksin bakteri / virus yang dimatikan.
a. Kontaminasi.
b. Reaksi alergi atau autoimun.
c. Proses mematikan bakteri / virus kurang memadai.
3. Vaksin plasmid DNA dapat menimbulkan toleransi atau autoimun.
F. Vaksin Untuk Orang Dewasa
Imunisasi untuk orang dewasa dapat diberikan sebagai imunisasi ulangan atau imunisasi pertama. Vaksin yang tersedia untuk orang dewasa cukup banyak (Tabel 1).
Cermin Dunia Kedokteran No. 152, 2006 19
Tabel 1. Vaksin untuk orang dewasa
Nama vaksin Macam vaksin Cara pemberian
Tetanus TOKSOID IM
Kolera Bakteri yang dimatikan IM/SK
Hemofilus influenza tipe B Polisakarida IM
Pneumokok Polisakarida (23 tipe) IM/SK
Meningokok Polisakarida (tetravalen) SK
Tifoid Bakteri yang dimatikan Oral dan IM
BCG Bakteri dilemahkan ID/SK
Campak
Parotitis (Mumps) Virus dilemahkan
Virus dilemahkan SK
SK
Polio oral Virus dilemahkan Oral
Polio inactivated Virus tidak aktif SK(meningkatkan potensi polio oral)
Rubela Virus dilemahkan SK
Yellow fever Virus dilemahkan SK
Hepatitis B DNA rekombinan IM
Hepatitis A Virus tidak aktif IM
Influenza Virus tidak aktif IM
Japanese B encephalitis
Virus tidak aktif
SK
Rabies Virus tidak aktif
IM/ID
.
Dewasa ini sedang dikembangkan vaksin malaria, dengue, HIV, H. pylori dan virus papilloma.
Tabel 2. Jadwal imunisasi dewasa
Imunisasi dewasa diperuntukkan bagi setiap orang dewasa (usia >12 tahun) yang menginginkan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tertentu. Namun ada beberapa kelompok individu yang berisiko tinggi terhadap penyakit-penyakit menular tertentu, oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi (Tabel 3).
Tabel 3. Imunisasi dewasa yang dianjurkan
Vaksin Sangat di anjurkan
Vaksin Dianjurkan
Influenza Usia lanjut > 50 th atau usia < 50 th yang mempunyai penyakit kronis (asma, diabetes, jantung, paru dll). Pneumokok Usia > 55 th, atau usia 2-64 th dengan penyakit kronis/risiko tinggi
Demam Tifoid Mereka yang bekerja di dapur/restoran
Hepatitis A
Mereka yang mempunyai risiko penularan
/ wisatawan
Hepatitis B
Semua umur
Campak,Gondong,Rubela
(MMR) Mereka yang mempunyai risiko penularan
Cacar Air (Varisela) Mereka yang rentan
Difteri Tetanus (DT) Mereka yang belum pernah mendapatkan imunisasi sewaktu anak.
INDIKASI
Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat paparan, risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.
Riwayat pajanan : Tetanus toksoid
Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A., Tifoid, MMR
Vaksin
Dosis ke I Dosis ke II
Dosis ke III
Booster/
dosis
penguat
Influenza Satu dosis diberikan setiap tahun
Pneumokok Satu dosis diberikan 5 tahun sekali
Demam Tifoid Satu dosis diberikan 3 tahun sekali
Hepatitis A
Wisatawa
internasio
nal 6-12 bulan
setelah dosis
ke I Tidak perlu Tidak perlu
Hepatitis B Segera mungkin 1 bulan setelah dosis ke I 5 bulan setelah dosis ke II Diulang tiap 5 tahun (1 dosis), bila HbsAg (-)
Campak, Gondong, Rubela (MMR) Segera mungkin > 28 hari setelah dosis ke I Tidak perlu Tidak perlu
Cacar air (Varisela) Segera mungkin > 28 hari setelah dosis ke I Tidak perlu Tidak perlu
Difteri
Tetanus
(DT) 3 dosis primer jika belum diberikan pada saat anak
Setiap 10 tahun sekali cukup 1 dosis
Segera mungkin 1-2 bln setelah dosis ke I 6-12 bln setelah dosis ke II
Usia lanjut : Pneumokok, Influenza
Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies.
Imunokompromais : Pneumokok, Influenza, Hepatitis B.
Hemophili
Rencana bepergian : Japanese B encephalitis, Tifoid,
Hepatitis A, Meningitis
DAFTAR PUSTAKA
a Media Wiki.com/project./Vaksinasi.htm
www.google.co.id/vaksinasi mencelakakan manusia.htm
http/:Wordpress.com/jenis vaksin.doc
Katzung G. Bertram. Farmakologi Dasar dan Klinik. 2001. Salemba Medika
WikiPedia.co.id
http/:www.google.co.id/perlunya vaksinasi.htm